Rabu, 30 November 2011

Manipulasi Stimulus Ekonomi

Pemerintah kembali memperlihatkan sikap yang sangat memprihatinkan dalam menghadapi krisis ekonomi. Setiap minggu pemerintah merevisi jumlah stimulus yang akan diberikan, sedangkan secara spesifik rincian penggunaan dana stimulus juga belum jelas.

Hal itu berbeda dengan negara-negara lain, sebut saja Thailand, Singapura, Australia, AS, dan Jerman yang secara detail sudah menetapkan jumlah anggaran yang dibutuhkan (walau sebagian masih menunggu persetujuan parlemen/kongres).

Terakhir, pemerintah menganggarkan Rp 71 triliun dana stimulus, yang terbagi dalam dua klasifikasi. Pertama, Rp 43 triliun merupakan dana stimulus tidak langsung dalam wujud penghematan pembayaran pajak dari tarif baru PPh badan, orang pribadi, dan pendapatan tidak kena pajak (PTKP).

Kedua, dana stimulus langsung berbentuk belanja langsung, penurunan harga solar, belanja infrastruktur, perluasan PNPM, dan lain-lain (Jawa Pos, 7/2/2009).

Manipulasi Stimulus

Fakta yang sulit ditutup-tutupi ialah program stimulus ekonomi sarat dengan kepentingan politik. Pertama, besaran stimulus ekonomi sengaja di "mark up" seolah itu merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah untuk melindungi kehidupan masyarakat.

Celakanya, pemerintah tidak bisa merinci untuk kepentingan apa saja dana stimulus itu dipakai. Dengan demikian, sulit dihindari kesan bahwa perubahan besaran dana stimulus ekonomi hanya merupakan cara pemerintah membungkus agenda politik di balik itu.

Demikian pula, defisit APBN yang dibuat sangat besar, Rp 132,1 triliun (2,5 persen dari PDB), dipromosikan sebagai konsekuensi pembengkakan stimulus ekonomi (selain akibat penurunan penerimaan negara).

Model penanganan krisis semacam itu jelas tidak bertanggung jawab karena memberikan harapan kosong kepada masyarakat. Pada akhir tahun nanti, hampir pasti pemerintah tidak akan berhasil merealisasikan defisit sebesar itu karena kapasitas yang terbatas.

Kedua, sebagian stimulus ekonomi sebesar itu sebenarnya merupakan manipulasi angka yang bisa diputarbalikkan. Dana Rp 43 triliun dalam bentuk penghematan pembayaran pajak tidak bisa disebut sebagai instrumen stimulus ekonomi untuk menghadapi krisis. Sebab, penggodokan penghematan pembayaran pajak tersebut dilakukan sejak lama sehingga krisis terjadi atau tidak program itu tetap berlangsung. Fakta tersebut yang tidak diketahui publik sehingga terkesan program itu didesain untuk menyikapi krisis ekonomi.

Ketiga, dana stimulus tidak langsung belum tentu memicu pergerakan kegiatan ekonomi karena para pembayar pajak merupakan orang dari golongan menengah/atas yang sudah berada pada level "saving-taker". Artinya, penghematan pajak belum tentu digunakan belanja atau investasi. Itu tentu berbeda dengan stimulus langsung ke masyarakat yang pasti akan digunakan belanja. Manipulasi itulah yang terjadi atas paket stimulus pemerintah.

Desain Stimulus Ekonomi

Secara umum terdapat dua jenis stimulus yang diperlukan secepatnya diberikan pemerintah kepada rakyat, walau di antara keduanya tidak bisa dibedakan secara ketat. Pertama, stimulus sosial. Program stimulus sosial itu diberikan tanpa syarat dan fokus kepada masyarakat yang paling dirugikan oleh krisis ekonomi.

Dalam hal ini, salah satu cluster masyarakat yang pasti diguncang krisis ekonomi adalah penganggur baru, khususnya yang sebelumnya menjadi buruh pabrik, sektor informal, atau usaha mikro/kecil.

Karakteristik penganggur itu jelas berbeda dengan orang-orang yang tumbang akibat permainan saham di pasar modal. Pada kaum penganggur tersebut, meski mereka terguncang kerugian finansial yang besar, dengan kekuataan dana tersisa dan tingkat keterampilan/pendidikan yang memadai situasinya tidak terlalu parah. Sebaliknya, penganggur dari kelompok bawah wajib mendapatkan santunan sosial sebagai pelampung sementara kehidupannya.

Kedua, stimulus ekonomi. Pemetaan stimulus ekonomi memerlukan tingkat presisi yang tinggi untuk mencapai dua hal sekaligus: targetnya fokus sekaligus memacu perekonomian. Untuk setiap fokus target yang hendak diberi stimulus, mesti diketahui kebutuhan dan prospek keberhasilannya sehingga besaran stimulus harus tepat jumlah.

Dari pemetaaan itulah, perlu dihindari model stimulus ekonomi yang sifatnya tidak langsung. Bagi sektor industri yang berorientasi ekspor, stimulus keringanan pajak (badan) mungkin bermanfaat, tapi belum tentu mendongkrak kegiatan ekonomi.

Karena itu, stimulus lebih baik diberikan dalam wujud bantuan kredit ekspor atau subsidi bahan baku sehingga terdapat pontensi peningkatan produksi. Sedangkan bagi usaha mikro/kecil dan sektor informal, disiapkan crash program yang secara sistematis berjalan selama krisis berlangsung, misalnya keterlibatan dalam proyek infrastruktur.

Selebihnya, tidak boleh dilupakan bahwa stimulus ekonomi yang hendak dilakukan harus memiliki makna investasi ke depan, bukan mengompensasi pengerutan ekonomi.

Di sinilah pentingnya menggandengkan stimulus ekonomi dengan prioritas perekonomian di masa depan. Salah satu prioritas yang strategis adalah harapan tercapainya ketahanan pangan sehingga sebagian stimulus ekonomi digunakan untuk melakukan investasi ke sektor pertanian, mulai perbaikan atau pembangunan irigasi, penyediaan bibit dan pupuk, hingga distribusi lahan kepada petani gurem.

Sebagian rencana tersebut sudah diagendakan pemerintah, misalnya perbaikan irigasi, tetapi belum menyentuh pada kepemilikan aset produktif, yakni tanah. Jika berani masuk sampai level itu, pemerintah telah memberikan bibit kemakmuran dan komitmen yang utuh kepada rakyat.

Petani dan Arah Kebijakan untuk Masa Depan

Mungkin tidak berlebihan kalau kita mengatakan bahwa nasib petani sering menjadi kelompok yang dirugikan. Petani merasa menjerit ketika harga gabah yang mereka jual tidak sebanding dengan harga pupuk yang mereka beli, harga pupuk dari tahun ketahun semakin melambung tinggi dan harga gabah malahan sebaliknya. Jeritan kaum petani merupakan suatu perjalanan panjang dalam kehidupannya.

Bukan itu saja bahkan dalam kerangka yang lebih luas petani selalu menjadi objek segala macam kebijakan, dan jarang sekali menjadi subjek dalam kebijakan tersebut. Sebut saja misalnya kaum petani jarang dikutsertakan dalam menentukan kebijakan apa yang seharusnya dilakukan untuk merubah nasibnya sendiri. Tak jarang pula yang terjadi kebijakan akan dilaksanakan sesuai dengan “pesanan atasan proyek” sampai pada persoalan untung ruginya. Kaum petani akan menjadi persoalan, apabila dihadapkan pada suatu kebijakan yang telah dievaluasi. Kesemua itu telah mewarnai dunia kaum para petani tersebut.

Kalau kita memahami kehidupannya terlihat bahwa segala hal ikhwal disekitar mereka akan sangat sulit ditebak. Sehingga untuk memahami mereka sesungguhnya perlu pencermatan serta pemahaman yang seksama. Ketika ada kematian di kampuangnya mereka mengorban kepentingannya untuk tidak bekerja guna membantu orang yang ditimpa musibah tersebut begitu juga dengan acara pesta-pesta lainnya. Mungkin melihat hal tersebut maka dalam melihat sikap petani khususnya di Asia Tengara, James Scott (1990) mengatakan bahwa mereka lebih mendasari tindakan berdasarkan kepada pinsip moral. Keputusan penting dalam kegiatan ekonomi maupun sosial didasarkan pada moral subsistensi bukan atas prinsi-prinsip rasional.

Ungkapan dari Scott tersebut, selanjutnya didukung oleh Boeke dan Geertz. Mereka melihat aspek moral sangat mendominir kehidupan masyarakat petani. Bagi Boeke petani tradisional di Indonesia tidak mempunyai rasionalitas ekonomi, rasional mereka lebih berdasarkan pada kepentingan sosial yang lebih dominan dan paling menonjol diantara sekian banyak kepentingan. Hal inilah yang menyebabkan kenapa kehidupan petani tidak begitu baik. Menurut Boeke pembangunan pertanian dan pedesaan berjalan lambat karena pada dasarnya petani lebih konservatif dan tidak kreatif. Lebih-lebih petani kecil, jadi kemiskinan pedesaan bersumber pada kelambanan petani sendiri.

Pandangan diatas baik itu Scoot, Boeke dan Geertz dibantah oleh Samuel Popkin (1989), menurut Popkin petani tradisional di Asia Tengara melakukan tindakan ekonomi atas dasar prinsip yang rasional. Samuel Popkin melihat bahwa petani sesungguhnya adalah individu yang rasional, seperti orang lain ia juga inggin kaya. Dia yakni bila fasilitas yang selama ini dikelola oleh pemerintah dibuat lebih terbuka maka banyak petani yang akan dapat mengambil manfaat dari hal tersebut. Pandangan Popkin tersebut senada dengan pandangan ahli sosiologi interpretatif tentang manusia, manusia adalah makhluk yang berpikir, aktor yang kreatif dari realitas sosial, realitas petani sekarang terjadi karena adanya interpretasi dari stimulus lingkungan yang dihadapinya.

Kalau kita renungkan bahwa pandangan Popkin tersebut ada juga benarnya, kadang kalau kita tak habis pikir begitu banyak sekat-sekat yang membatasi para petani tersebut untuk maju. Bukan seperti yang disangsikan oleh Boeke dimana pada dasarnya petani lebih konservatif dan tidak kreatif. Lebih-lebih petani kecil, jadi kemiskinan pedesaan bersumber pada kelambanan petani sendiri. Namun menurut Popkin dimana faktor eksternal yang lebih menonjol dalam memahami kenapa petani selalu hidupnya dirundung malang. Popkin melihat bahwa fasilitas yang selama ini dikelola oleh pemerintah dibuat lebih terbuka maka banyak petani yang akan dapat mengambil manfaat dari hal tersebut.

Perdebatan antara kubu Scoot dan kawan-kawan dan Popkin akan tidak berkesudahan bila kita hanya sekedar memahami petani dalam ruang lingkup tersebut. Namun perlu yang namanya aksi nyata untuk membuat mereka sejahtera. Penghayatan terhadap kedua prinsip tersebut dapat kita jadikan pijakan kebijaksanaan dalam membangun masyarakat yang hidup dipedesaan terutama para petani.

Fenomena Dewasa Ini

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya tinggal dipedesaan, petani merupakan golongan terbesar dalam cakrawala pedesaan tersebut akan selalu menjadi perhatian penting dalam persoalan kebijakan itu sendiri. Sejalan dengan itu persoalan kedepan yang dihadapi oleh petani tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama, dari segi taraf hidup, petani masih digolongkan kedalam taraf yang memprihatinkan. Hal ini tidak dapat kita pungkiri lagi, sebagai negara agraris petani di Indonesia merupakan sosok petani yang kadang kala banyak terugikan oleh kebijakan dari pada keuntungan. Buktinya saja, coba kira renungkan betapa tingginya harga pupuk, obat-obatan untuk kebutuhan pertanian mereka . Harga tersebut tidak seimbang dengan harga jual gabah yang mereka punyai. Apakah kesemuanya itu kesalahan petani atau ada unsure lain. Jawabnya mungkin akibat unsure luar, seperti kebijakan itu sendiri yang menyebabkan petani bertambah pada tingkat taraf hidup yang memprihatinkan.
Kedua, dari segi sumberdaya manusia. Dunia petani seolah-olah dunia yang unik bila dibandingkan dengan dunia pedagang, pegawai, penguasaha dan sebagainya. Dunia petani akan selalu dibayang-bayangi oleh kehidupan dengan penuh kesederhanaan, pendidikan yang rendah bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Argumen tersebut nampaknya tidak terbantahkan, walaupun ada pada daerah-daerah tertentu. Itu hanya merupakan suatu kekecualian. Namun banyak dari kehidupan petani kita yang memiliki sumber daya manusia yang tergolong rendah.

Ketiga, dalam proses demokrasi saat sekarang ini petani yang merupakan golongan mayoritas penduduk Indonesia akan menjadi objek bagi segelintir orang yang mengatas namakan seorang “ penolong “ petani, baik sebagai seorang individu, organisasi sampai kepada partai politik tertentu. Hal tersebut sampai sekarang ini masih berjalan di Negara kita ini.

Apa Yang Harus Dilakukan Untuk Petani Kedepan ??

Melihat persoalan yang dihadapi oleh petani kedepan begitu komplek, pertanyaan kita saat sekarang ini adalah apakah masih ada rasa prihatin kita terhadap petani. Seperti judul tulisan ini. Jawabnya mutlak harus, karena begitu pentingnya untuk meningkatkan kesejahteraan golongan ini. Menurut penulis ada beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam meningkatkan kesejahteraan petani tersebut yakni :

Pertama, perlunya kebijakan yang memihak kepada nasib petani itu sendiri. Petani mulailah memperhatikan kondisi riil di lapangan apa yang sesungguhnya yang terjadi, apa yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka. Mulailah tidak membuat kebijakan yang ditulis diatas meja tanpa melihat kondisi riil dilapangan. Kebutuhan yang mendesak saat sekarang ini adalah bagaimana memperhitungkan kebutuhan pokok mereka bias tercapai dengan harga jual mereka. Misalnya saja harga pupuk, obat-obatan yang mereka butuhkan bias rendah sedangkan harga jual gabah bias dinaikkan. Kondisi ini perlu menginggat ketergantungan mereka akan hal tersebut sangat tinggi sekali. Selama kondisi terabaikan oleh kebijakan maka selama itu pula nasib petani akan seperti ini juga.

Kedua, perlu kiranya penguatan posisi petani baik dalam organisasi yang bersifat formal maupun informal. Saat sekarang ini merupakan saat demam-demamnya anak bangsa ini akan pemilihan umum. Sesungguhnya merupakan suatu momentum terbaik bagi partai politik untuk meraup suara dari para petani tersebut karena jumlah mereka yang mayoritas. Tetapi bagi partai politik akan merupakan suatu kenaifan bila hanya inggin mengantonggi suara dari para petani tapi tidak mensejahterakan bila partainya akan menang.

Ketiga, menghilangkan suatu tendensi yang bersifat negatif pada masyarakat pedesaan itu sendiri. Kenapa hal tersebut perlu menginggat selama ini yang terjadi adalah bahwa sebagian kita mengagap bahwa para petani memiliki mentalitet yang rendah. Seperti pada masyarakat Jawa kita kenal istilah nrimo saja (pasrah saja. Pertanyaan kita sekarang apakah halnya demikian adanya, mungkin kalau kita terpengaruh serta menganut prinsip Scott mungkin jawabnya ia, namun kalau kita menganut prinsip Popkin maka jawabanya tidak.
Namun realitas dilapangan memperlihatkan bahwa sesungguhnya para petani sangat tanggap terhadap sesuatu hal terutama yang berkaitan dengan kelangsungan mereka. Sejarah telah membuktikan kepada kita, bagaimana petani tersebut merespon keadaannya seperti dalam disertasinya Sartono Kartodirjo (1973) yang sangat monumental dengan judul Pemberontakan Petani Banten. Pemberontakan tersebut sebagai bentuk gerakan protes yang salah satunya tidak terlepas dari adanya penguasaan atas modal pokoknya yaitu tanah, mereka merasa dirugikan oleh pemerintah kolonial.

Hipotesa Sartono Kartodirjo boleh dikatakan digarisbawahi oleh teori Scoot (Tjondronegoro,1999). Mengingat sikap petani yang demikian, kita menginginkan perbaikan nasib hidupnya harus mengerti dahulu sikap kehati-hatian petani itu diakibatkan oleh ketidakpastian tentang resiko. Setiap usaha atau pendekatan kepada petani miskin yang akan meningkatkan resiko, pada akhirnya akan mencapai titik yang membuat petani miskin akan memberontak, karena terus hidup dalam keadaan dipaksankan dengan resiko tinggi tidak ada artinya lagi. Mati, sebagai resiko memberontak, berimbang dengan resioko yang meningkat selama hidup. Di negara kita terjadi protes dan perlawanan dari petani terhadap pemajakan yang terlalu berat, sumbangan untuk penguasa, dan curahan tenaga petani kepada tuan tanah misalnya.

Reaksi petani memang tidak selalu langsung melawan. Ada pula gerakan yang menghindari tekanan-tekanan dari atas tadi dengan lari menjauhkan diri dari pusat kekuasaan dan pinghisapan. Di Jawa ada contohnya dalam gerakan Samin (Saminisme), nama seorang petani yang memimpin gerakan protes dengan mengasingkan diri (Kartodirjo, 1973). Mungkin saja petani sekarang bukan saja mengasingkan diri namun bisa melawan.

Keempat, dari segi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah haruslah bersifat terbuka sehingga dengan hal tersebut akan lebih banyak petani yang mengambil keuntungan dari hal tersebut. Kebijakan tersebut tidak lagi merugikan para petani namun akan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Sesungguhnya berbicara masalah kebijakan, perubahan terhadap kebijakan yang selama ini dilakukan terutama pada masa orde baru yakni kebijakan kebijakan yang bersifat top-down yakni kebijakan yang berasal dari atas, tanpa memperhatikan aspirasi dari bawah-masyarakat. Kebijakan tersebut haruslah dirobah dengan kebijakan bottom-up suatu bentuk kebijakan dari bawah yang memperhatikan kepentingan masyarakat. Suatu kebijakan yang sangat berarti bila dilaksanakan.

Akhirnya kedepan, bagi setiap komponen yang ada di negara kita ini. Mulailah sadar akan perlunya melihat kondisi para petani kita saat sekarang ini. Mari kita tumbuhkan rasa prihatin kita terhadap nasib petani tersebut. Dengan adanya rasanya prihatin kita serta diiring dengan kebijakan, langkah riil dilapangan kedepan nantinya kehidupan petani akan lebih baik.

Sampah Jadi Rupiah

Masih soal hemat dan hebat. Kali ini, kita fokus pada fenomena sampah jadi rupiah. Hmm, apa maksudnya? Tanpa anda tanya sekalipun, fenomena ini pasti kami jelaskan. Begini ceritanya. Sampah yang biasanya dibuang begitu saja, ternyata kalau sampai di tangan orang yang kreatif, bisa berubah menjadi rupiah. Mau contoh? Adalah Yuliastoni, seorang entrepreneur dari Jawa Timur, yang memanfaatkan bulu-bulu angsa sisa pembuatan shuttle cock sejak 2003.
Setelah dikeringkan dan diimbuh warna, bulu-bulu angsa itu diolahnya menjadi hiasan yang apik dan menarik berbentuk kupu-kupu. Dan hadirlah pemanis ruangan, bros pakaian, dan hiasan lemari es.

Sebelumnya Yuliastoni berkubang di pembuatan kapal tradisional dari kayu mahoni yang dimasukkan ke dalam botol. Belakangan bisnis yang ditekuninya sekitar 10 tahun ini dikerubuti pesaing. Terpaksalah ia melirik alternatif dan pilihannya jatuh pada bulu-bulu angsa. Selain kebutuhan lokal, ia sempat memasok kebutuhan mancanegara, di antaranya Turki, Singapura, dan Malaysia. Tampak sudah, di tangan orang yang kreatif, sampah bisa berubah menjadi rupiah. Sekarang kita tengok pula pohon pisang. Orang Jawa menyebutnya debok. Apa istimewanya? Anda tahu sendiri kan, selama ini begitu buah pisang dipetik oleh pemiliknya, pohon pisang akan ditelantarkan begitu saja, sampai-sampai membusuk.

Padahal, siapa sangka itu bisa disulap menjadi tas dan dompet. Setidaknya, inilah yang dilakoni oleh Yanto Suhardani di Nganjuk, Jawa Timur, sejak 2004. Awalnya, pohon itu hanya dikuliti dan dijemur. Tetapi, dengan begini hasilnya tidak bisa bertahan lama. Paling banter hanya dua tahun. Untunglah, Yanto menemukan cara anyar. Apa itu? Selain dikuliti dan dijemur, pohon itu lalu dibilas dengan sabun hingga bersih dari getah. Kemudian dijemur kembali sampai kering, terus dibikin jadi tas dan dompet, yang bisa bertahan sampai sepuluh tahun.

Untuk pemasaran, Yanto condong menjajal pendekatan getok tular alami, selain memajangnya di salah satu supermarket di Surabaya. Anda mau bagaimana hasilnya? Sekelompok ibu-ibu PKK bahkan sempat memesan ratusan tas. Wow! Tak pelak lagi, sampah bisa berubah menjadi rupiah di tangan orang yang kreatif. Lain halnya di Malang. Seorang laki-laki lanjut usia bernama Soekarno membesut wayang kulit dari kertas bekas pembungkus semen yang disebut seplit. Bukan dari kulit binatang seperti kebanyakan. “Yah, saya kan butuh makan. Sementara, modal sudah tidak ada lagi. Kebetulan saya suka wayang,” akunya jujur. Memang, pembungkus semen lebih murah ketimbang kulit binatang.

Anda tidak bakal menemukan bahan baku berupa seplit ini di toko mana pun. Sebabnya, Soekarno sendiri yang meramunya. Serunya, kehadiran wayang seplit ini sempat diakui pemerhati budaya wayang dari Denmark, Belanda, dan Australia. Bahkan seorang seniman Belanda bernama Coor Muller menulis di buku tamu di tempatnya, “You are the real artist! Thank you for your patience to tell me about the meaning of wayang”. Perhatian juga datang dari sederet perwira tinggi TNI Orde Baru. Lagi-lagi terbukti, di tangan orang yang kreatif, sampah bisa berubah menjadi rupiah.

Adapun tokoh-tokoh wayang yang sering dipesan beberapa seniman dari mancanegara antara lain, Kumbo Karno, Anoman, Broto Seno, Punto Dewo dan Punokawan. Keteladanan dari tiga sosok di atas kembali menegaskan bahwa terobosan tidak harus berujung dengan pemborosan. Berbekal sedikit kreativitas, sampah pun tidak ada ubahnya seperti rupiah. Ini baru hemat! Ini baru hebat! Kami yakin Anda tidak akan sanggup membantah.

Jangan Kalah di Masa Krisis

Menurut David C Mc Clelland, guru besar di Harvard University, Motif sosial dalam diri seseorang dapat dibedakan atas motif berprestasi (achievement), bersahabat (affiliation) dan berkuasa (power) yang kadar masing-masing motif tersebut berbeda bagi setiap manusia.

Motivasi merupakan rangsangan dari dalam (inner drive), gerakan hati (impulse) yang menyebabkan orang melakukan suatu tindakan. Motivasi juga bisa dijelaskan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam memenuhi dan memuaskan suatu kebutuhan (a want) atau suatu tujuan (a goal).

Suatu penelitian yang dilakukan David C Mc Clelland menghasilkan suatu pengembangan atas teori tentang manusia dan motivasi. Dalam teorinya mengemukakan beberapa azas. Pertama, semua orang dewasa yang sehat memiliki suatu bak cadangan energi potensial yang besar.

Kedua, setiap orang dewasa memiliki sejumlah motif dasar atau kebutuhan yang dapat dipandang sebagai katup atau jalan keluar untuk menyalurkan dan mengatur aliran keluar dari energi potensial tersebut dari bak cadangan.

Ketiga, walaupun kebanyakan orang dewasa yang berasal dari kebudayaan tertentu memiliki susunan motif atau jalan keluar energi yang sama, namun mereka akan sangat berbeda dalam kekuatan relatif atau kesiapan berbagai motif tersebut.

Suatu motif yang kuat dapat diibaratkan sebagai sebuah katup atau jalan keluar energi yang terbuka dengan mudahnya dan memiliki suatu bukaan yang lebih besar bagi arus keluarnya energi.

Keempat, diwujudkan tidaknya suatu motif, yakni apa energi tersebut mengalir keluar melalui jalan keluar tersebut menjadi perilaku dan kerja yang bermanfaat. Kelima, karakteristik situasi tertentu akan membangun atau memacu berbagai motif, membuka berbagai katup atau jalan keluar energi. Keenam, karena motif yang berbeda dan situasi yang dapat diubah, maka pola perilaku sebagai akibat hasil pengenergian dapat berlainan satu dengan lainnya.

Dominasi motif seseorang dalam berprilaku dapat diramalkan dengan semakin tinggi motif tersebut semakin mantap perilaku yang akan diamati, yaitu orang yang memiliki motif prestasi yang tinggi akan memikul tanggung jawab pribadi, menggunakan umpan balik atas tindakannya, berperilaku yang menantang tetapi realistik (calculated moderate risk taking), bertindak dengan kreatif dan inovatif.

Orang yang memiliki motif kuasa yang tinggi akan menjadi anggota aktif dalam bidang politik setiap organisasi yang diikutinya, peka akan struktur hubungan saling mempengaruhi antar pribadi dalam setiap kelompok, mengumpulkan benda-benda atau objek serta bergabung dalam organisasi yang meninggikan harkat atau prestise, berusaha menolong orang lain tanpa diminta untuk berbuat demikian.

Motivasi yang dikatakan adalah fungsi motif dan situasi perlu ditingkatkan dan diketahui oleh masing masing orang dan untuk menciptakan atau mengambil peluang dalam situasi tertentu dewasa ini atau hari ini guna mencapai tujuan dalam kehidupan ini yang berbatas waktu baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Situasi ekonomi dunia hari ini, dalam pertemuan menteri keuangan G-20 di mana Indonesia turut serta tanggal 14 maret 2009 lalu, IMF mengubah prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi minus 0,5 persen hingga minus 1,5 persen.

Ini pasti berdampak kepada ekonomi Indonesia yang diperkirakan tumbuh 3,5 persen, begitu juga Singapura terpuruk menjadi minus 5 persen dan bahkan Amerika Serikat akan terpuruk menjadi minus 12 persen.

Apakah gerangan membuat ekonomi dunia mengalami krisis? Para ekonom mulai menganalisa dan sadar, bahwa ekonomi kapitalis terbukti tidak terkendali, bahkan dengan nafsu serakah akan hancur.

Bagaimana Mekanismenya?

Diawali pemahaman berdasarkan more is better than less dan survival of the fittest serta homo homini lupus secara tradisional bahwa perdagangan di mana harus ada barang yang dijual, ada uang di pembeli, ada permintaan yang riil, ada transaksi yang riil, ada gudang untuk menyimpan, bertemu dan bersepakat penjual dan pembeli, hari ini dirasa oleh mereka yang kaya raya tidak memadai lagi. Mereka beranggapan terlalu kecil margin yang diproleh dibanding kekayaan (asset) mereka.

Semua bursa komoditi yang ada di Amerika memperjualbelikan komoditi yang ada di negara lain. Begitu besar volume dan perdagangan yang tidak riil, penuh spekulatif dan rent seeking yang luar biasa tinggi dan kecepatan yang luar biasa, maka uang menjadi komoditi tidak lagi berfungsi sebagai alat pembayaran semata.

Uang menjadi barang dagangan. Hal ini dalam istilah ekonomi dikenal dengan Bubble ekonomi (Seperti busa sabun, air adalah sepertiganya), perdagangan yang riil tidak lebih sepertiganya. Barang dibeli melalui bursa hari ini guna dijual satu menit berikutnya dengan untung tidak wajar.

Krisis Global

Apa yang terjadi di AS menjadi suatu renungan dan hikmah bersama. Harga minyak dunia melonjak sampai 147 dolar AS per barel adalah ulah spekulan dengan keserakahan mengambil margin itu. Aksi spekulan dan bank-bank gelap yang melakukan transaksi keuangan yang penuh tipu daya dan menjadi akar dan sumber krisis global.

Mereka terjebak, bahwa dengan naiknya harga minyak, baik akibat naiknya harga energi yang substitusi maupun komplementer, harga kebutuhan lain masyarakat merangkak naik pula. Padahal penghasilan rakyat Amerika tidak elastis. Mereka mempunyai saleri relatif tetap dengan angka tertentu pada setiap level profesi.

Mudah-mudahan, sebagai bangsa dan negara yang besar, Indonesia tetap disegani. Apalagi perkembangan ekonominya termasuk dalam kelompok G-20, dan tahun 2030 Indonesia diprediksi menjadi 5 negara besar di dunia setelah AS, Cina, Jepang dan India.

Sabtu, 05 November 2011

INVESTASI DIPASAR MODAL BERKEMBANG

Pada era globalisasi saat ini, dimana hambatan-hambatan perekonomian semakin pudar, peralihan arus dana dari pihak yang surplus kepada yang defisit akan semakin cepat dan tanpa hambatan. Pasar Modal sebagai pintu investasi terhadap aliran dana dari pihak yang kelebihan kekayaan (surplus) kepada pihak yang kekurangan dana (defisit) berperan sebagai lembaga perantara keuangan. Investor disini adalah pihak yang surplus dalam kaitannya dengan keuangan.
Siapakah pihak-pihak surplus ini? Dalam kaitannya dalam investasi dan sumber dana yang digunakannya, investor dapat dibagi. Pertama, adalah investor domestik yaitu adalah investor yang berasal dari dalam negeri yang menyusun portofolio asetnya di pasar modal dalam negeri. Kedua adalah investor asing, yaitu investor yang memiliki sejumlah dana dari luar negeri yang menyusun portofolio asetnya pada sejumlah negara yang berbeda.
Investasi asing yang datang ke negara-negara lain sebenarnya memiliki motif klasik yang meliputi, motif mencari bahan mentah atau sumber daya alam, mencari pasar baru dan meminimalkan biaya. Dari motif klasik tersebut kadangkala investor memiliki motif lain yaitu motif mengembangkan teknologi. Investor menyalurkan dananya ke negara lain biasanya tidak hanya membawa satu motif saja tetapi bisa karena beberapa motif sekaligus.
Paling tidak ada empat cara investor dapat masuk ke suatu negara: distressed asset investment, strategic investment, direct investment dan portfolio investment. Distressed asset investment adalah investasi yang dilakukan untuk mendapatkan kepemilikan atau membeli hutang suatu perusahaan dalam kesulitan keuangan. Kedua, strategic investment secara umum investor asing mengakuisisi perusahaan yang memiliki pangsa pasar cukup luas dan berada dalam segmen bisnis serta faktor lokasi yang mendukung strategi ekspansi perusahaan investor. Ketiga yakni investasi langsung (direct investment) biasanya berlangsung pada sektor yang belum begitu berkembang, misalnya pembangunan yang sarat teknologi atau pembangunan di sektor otomotif, biasanya perusahaan. Keempat adalah portofolio investment yaitu investasi dalam surat hutang dan saham di pasar modal.
Portofolio investment inilah yang selama ini menjadi perhatian banyak praktisi di bidang pasar modal. Mengapa demikian? Karena jenis investor ini merupakan yang paling cepat memindahkan eksposurnya di suatu negara jika terjadi gejolak (politik, ekonomi, kurs) yang diintrepretasikan sebagai ketidakpastian. Mereka juga adalah investor yang memiliki pilihan paling luas dibanding ke tiga jenis investor di atas. Sehingga jika ada kejadian tertentu baik secara makro, sekoral ataupun regulasi pemerintah, maka investor ini adalah yang lebih rentan dan sensitif terhadap refleksi atas informasi tersebut. Besarnya nilai investasi asing yang masuk atau keluar, praktis juga akan mempengaruhi pasar secara keseluruhan akibat adanya volume transaksi yang besar.
Peranan modal asing dalam pembangunan negara telah lama diperbincangkan oleh para ahli ekonomi pembangunan. Secara garis besar menurut Chereney dan Carter yaitu pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh emerging country sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perubahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi (meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif).

INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Sebagai gejala historis maka tingkat inflasi di Indonesia lebih tinggi daripada di negara tetangga ASEAN seperti Thailand dan Malaysia. Kinerja ekonomi dan laju pertumbuhan PDB di Thailand dan Malaysia lebih tinggi daripada di Indonesia. Di Asia Tenggara Indonesia lebih mirip Filipina. Inflasi di Filipina juga lebih tinggi (sedikit) daripada di Thailand dan Malaysia, dan laju pertumbuhan ekonomi Filipina juga di bawah Thailand dan Malaysia.
Mungkin Filipina lebih baik sedikit. Filipina sesudah perang dunia kedua sudah mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi daripada kebanyakan negara ASEAN, akan tetapi sesudah itu di lampaui oleh Thailand dan Malaysia. Sekarang pendapatan orang di Filipina mungkin masih lebih tinggi sedikit daripada di Indonesia, akan tetapi perbedaannya tidak banyak. Filipina sering disebut “the sick man of Asia”, dan akar penyakitnya ada di struktur sosialnya. Tetapi struktur sosial di Indonesia lain daripada di Filipina, yang dikuasai oleh sekelompok tuan tanah yang besar, antara lain keluarga Presiden. Mungkin kelebihan di Malaysia dan Thailand (dibandingkan Indonesia) adalah peran unsur penduduk Tionghoanya di perekonomiannya lebih besar. Di Indonesia penduduk etnis Tionghoa juga menguasai ekonomi tetapi tidak punya pengaruh politik. Di Indonesia politik ada di tangan penduduk golongan pribumi yang mayoritas. Mungkin perbedaan ini menyebabkan kualitas politik ekonomi di Indonesia lain daripada di Thailand dan Malaysia. Maka mungkin juga akar inflasi yang tinggi ada di keadaan sosial-politik ini.

Golongan pribumi adalah mayoritas akan tetapi yang berpendapatannya lebih rendah, Salah suatu ciri orang miskin adalah punya nafsu mengkonsumsi lebih banyak dibandingkan pendapatan riilnya. Kalau masyarakat mau mengeluarkan uang lebih banyak daripada nilai produksinya maka harga-harga akan naik. Inilah sumber inflasi di Indonesia.

Inflasi di Indonesia di zaman Suharto pun lebih tinggi daripada di Malaysia dan Thailand, walaupun tingkat inflasi di zaman Suharto sudah jauh lebih rendah daripada di zaman Bung Karno. Itu akibat perubahan policy dari team ekonomi yang dikendalikan oleh Prof. Widjojo dan Ali Wardhana. Mereka berhasil mengurangi inflasi yang sebelumnya ratusan persen setahun dan merupakan runaway inflation. Senjatanmya adalah balanced budget, anggaran pemerintah yang berimbang.

Di zaman Orde Baru itu maka belum ada ketentuan bahwa Bank Indonesia mempunyai misi utama menjaga nilai rupiah, alias pengekangan inflasi. Baru setelah Reformasi tahun 1998 ketentuan demikian dituangkan dalam undang-undang yang menjaga independensi Bank Indonesia sebagai bank sentral. Ini banyak membantu untuk mengurangi inflasi.

Kebijakan anggaran belanja pemerintah menjadi sumber inflasi karena prinsip anggaran belanja yang berimbang masih dipertahankan. Akan tetapi, dalam praktek ini belum merupakan jaminan. APBN yang meningkat, walaupun tetap berimbang, dampaknya inflator. Prinsip anggaran berimbang tidak boleh dipegang terlalu kaku. Misalnya, akhir tahun 2005 ada kelebihan penerimaan besar karena sebagian subsidi BBM dihapus. Jumlah ini lalu “dipaksakan” menjadi pengeluaran pemerintah atas nama anggaran yang berimbang. Policy demikian ikut meniup inflasi. Sebetulnya anggaran belanja pemerintah harus diperbolehkan mengumpulkan surplus yang dampaknya akan deflator.

Akan tetapi, selalu ada tekanan dari masyarakat agar pemerintah mengeluarkan uang lebih banyak untuk pembangunan, atau untuk membantu sektor pendidikan dan kesehatan. Di sinilah pemerintah terjebak “gejala orang miskin” yang selalu mau hidup di atas kemampuan penghasilannya.

Idée fix masyarakat adalah kalau pemerintah meningkatkan pengeluaranya untuk pembangunan maka laju pertumbuhan ekonomi akan naik. Ini salah pikir. Yang lebih menentukan tingkat laju pertumbuhan ekonomi adalah total investasi di masyarakat, termasuk dari swasta dalam dan luar negeri. Jumlah ini tidak akan optimal kalau iklim moneternya serba inflator, yang mengganggu stabilitas ekonomi dan menambah resiko.
Kemakmuran yang dibawa oleh inflasi adalah semu. Orang merasa lebih kaya oleh karena pegang uang lebih banyak. Akan tetapi nilai uang merosot sehingga akhirnya orang atau masyarakat itu menjadi lebih miskin.

Ketergantungan APBN Terhadap Utang Masih Tinggi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terhadap utang masih tinggi. Namun rasio utang terhadap produk domestik regional bruto Indonesia terus menunjukkan perbaikan
Berdasarkan data hingga Juni 2011, total utang luar negeri Indonesia sebesar 223 miliar dolar AS. Utang tersebut terbagi, untuk pemerintah sebesar 128,1 miliar dolar AS sedangkan swasta 94,9 miliar dolar AS.
Sementara rasio utang pada Juni 2011 terhadap PDRB 28,8 persen; turun dibanding tahun 2006 sebesar 35,9 persen. “PDRB Indonesia terus meningkat sementara rasio utang menurun, ini menunjukkan utang luar negeri Indonesia juga mengalami penurunan.
Utang yang dilakukan pihak swasta diantaranya untuk mendukung produksi dengan target ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri. Utang pihak swasta di luar negeri disebabkan karena berbagai aspek. Diantaranya suku bunga yang lebih rendah, jaminan ketersediaan likuiditas dalam bentuk mata uang asing. Karena perbankan nasional banyak yang tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Sindikasi perbankan nasional untuk memperkuat ketersediaan mata uang asing juga tidak mudah karena masing-masing bank mempunyai dasar yang berbeda dan yang perlu diperhatikan adalah kalau utang itu untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam negeri.
“Karena mereka minjam dalam bentuk valuta asing, dan mendapat bayaran dalam bentuk rupiah,” dan hal itu dapat menimbulkan ketidaksesuaian dalam pembayaran valuta asing sehingga Bank Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan, salah satunya berupa Devisa Hasil Ekspor (DHE).

Selasa, 01 November 2011

SunGard Hubungkan Investor Asing dengan Indonesia

Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informatika SunGard akan menyediakan akses bagi investor asing ke Bursa Efek Indonesia, bursa untuk ekuitas dan derivatif. Untuk itu, perusahaan ini telah membuka Pusat Jaringan Global SunGard (SGN) di Jakarta. SGN adalah informasi low-latency dan tata-rute jaringan yang menghubungkan lebih dari 2 ribu manajer aset dan 5 ribu pialang di 110 pasar di dunia.
Peluncuran SGN ini akan membantu SunGard menuju kepada meningkatnya tuntutan dari pelanggan Asia Pasifik kami untuk hubungan pasar langsung yang lebih besar.
SunGard akan meluaskan jaringan global yang akhirnya akan membantu perkembangan perdagangan secara elektronik. Sekaligus membantu pelanggan menemukan kesempatan bisnis baru. Dengan membuka SGN, perusahaan ini akan membantu investor asing mengirim pesanan ke pialang Indonesia dengan biaya yang efisien.
Terhadap hal ini, Direktur Teknologi Informatika dan Manajemen Risiko IDX, Adikin Basirun, menyebutkan, SGN merupakan suatu bentuk pengharagaan dari meningkatnya kekuatan pasar kapital di Indonesia, dan potensinya untuk menjadi pusat keuangan dunia.
SGN akan membantu IDX (Bursa Efek Indonesia) menawarkan bisnis baru dari investor internasional kepada para anggotanya dan menarik partisipan market baru dan investasi ke bursa.
Dengan adanya jaringan ini akan meningkatkan para investor asing akan semakin banyak menanam investasiya di Indonesia dan ini akan menjadikan Indonesia semakin meningkat perekonomiannya.
SunGard bisa membantu para investor mempermudah akses pengiriman pesan ke Indonesia dan ini menjadikan para investor asing merasa nyaman melakukan investasi karena aksesnya yang mudah dilakukan di Indonesia. Jaringan SGN sangat berpengaruh positif terhadap perkembangan perekonomian kita dan membantu kekuatan pasar menjadi pusat keuangan dunia.

Lepas Saham Blok Anaguid, Medco Kantongi US$ 50,5 Juta

PT Medco Energi Tbk (MEDC) melalui anak perusahaannya, Medco Tunisia Holdings Ltd telah menyelesaikan penjualan seluruh saham Medco Tunisia Anaguid Limited (Medco Anaguid) kepada OMW (Tunesien) Production GmbH.

Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Saham (PJBS) untuk menjual seluruh modal saham yang ditempatkan pada Medco Anaguid bernilai US$ 58 juta.

Penjualan saham Medco Anaguid tidak akan berdampak terhadap profil cadangan atau pendapatan potensial kami. Sebaliknya, hal itu menunjukkan strategi baru yang menekankan fokus dalam pendanaan dan pengembangan wilayah kerja minyak dan gas yang dioperasikan langsung oleh MedcoEnergi.

Nilai penjualan tersebut setelah dikurangi uang muka sebesar 10% dan nilai penyesuaian atas cash call yang diterima pada akhir Oktober 2011, perseroan akan menerima US$ 50,5 juta dari OMW pada 28 Oktober 2011.

Medco Tunisia menandatangani perjanjian jual beli saham Medco Anaguid dengan OMV pada 14 September 2011. Penjualan seluruh saham Medco Anaguid mengakibatkan seluruh 40% participant interest atas Anaguid Exploration Permit dan 20% participating interest atas Durra Concession (Blok Anaguid) yang dipegang oleh Medco Energi di Tunisia beralih ke OMV efektif pada 27 Oktober 2011.

Nilai transaksi tersebut sekitar 7,38% dari jumlah ekuitas perseroan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi perseroan untuk periode 31 Desember 2010.

OMV merupakan perusahaan yang tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perseroan maupun anggota komisaris, direksi, maka transaksi ini tidak termasuk dalam definisi transaksi afiliasi.

Meskipun DeGolyer McNaughton telah mensertifikasi cadangan kotor dan terduga dari Blok Anaguid sebesar 1,5 MMBOE pada 2010, namun perseroan tidak membukukan cadangan dari Blok Anaguid tersebut.

Maka dari itu, penjualan saham seluruh Medco Anaguid tidak akan memengaruhi jumlah cadangan 2P Medco Energi pada akhir tahun ini.

Penjualan saham Medco Anaguid akan mengakibatkan sedikit penurunan pada ekuitas dan memberikan tambahan kas yang berasal dari divestasi perseroan pada akhir 2011.

Tanjung Lesung Jadi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

Pemerintah akan mengejar target membangun Kawasan Ekonomi Khusus untuk pariwisata di 2011. Salah satu yang terbaru adalah Tanjung Lesung (Pandeglang Banten).
Investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan wilayah tersebut sebesar Rp 3,8 triliun.Di sana itu investasinya sekitar Rp 3,8 triliun. Apalagi jika nanti didukung dengan pembangunan Jembatan Selat Sunda. Jadi daerah situ bisa berkembang.
Dengan adanya pembangunan kawasan pariwisata di Tanjung Lesung tersebut, nantinya diharapkan investor asing dapat masuk ke wilayah tersebut.
Jadi itu pengembangnya orang dalam (investor lokal) supaya mereka mendorong investor luar negeri untuk masuk ke sana. Wilayah ini kan sifatnya pariwisata jadi diharapkan ada investasi untuk pembangunan hotel dan sebagainya.

Pihak investor juga berharap ada pembangunan jalan tol dari Serang. Meski keterangan terbaru dari Wakil Menteri Pekerjaan Umum menyampaikan pembangunan tol tersebut masih dalam pra studi kelayakan.

Seperti diketahui, pemerintah pada tahun ini menargetkan minimal dua wilayah Kawasan Ekonomi Khusus. Sejauh ini wilayah yang berpotensi adalah Sei Mangkei sebagai kawasan khusus industri hilir sawit dan Tanjung Lesung sebagai kawasan wisata

Jadi dari Pemda maupun badan usaha ada 65 daerah yang mengajukan jadi Kawasan Ekonomi Khusus, dan kita evaluasi itu bersama tim. Dari 65 wilayah tersebut ada 8 yang penuhi kriteria dan anda sudah tahu di 2011 ini kita targetkan minimal dua. Sementara ini Sei Mangkei (KEK industri hilir sawit) dan Tanjung Lesung yang berpotensi menjadi KEK pariwisata di 2011.

Tapi keputusan dua wilayah tersebut masih bersifat sementara, karena memerlukan adanya peraturan pemerintah. Rencananya, pemerintah juga membidik wilayah lain untuk dikembangkan seperti wilayah Mandalika, dan juga Belitung, atau wilayah di Kalimantan. Di situ sudah kita indikasikan dalam MP3EI. Kita lihat memang daerah ini berpotensi.

Di Tanjung Lesung itu berbasis pada kawasan terpadu di areal 1.000 hektar lebih dan kita harapkan bisa membangun kawasan Selatan Banten yang tertinggal dan meningkatkan kesejahteraan di daerah itu.

Sedangkan di daerah yang berpotensial karena sudah ada bandara di sana dan investornya sudah sangat berminat. Di sana investasinya sampai US$ 3 miliar. Itu penting bagi gerbang Timur untuk pelabuhan dan kawasan industri juga.

Putus Asa

Ketika dada seorang insan memperdengarkan gemuruhnya kepada alam, segala bentuk obsesi terungkap kala itu. Tentang nafas dan stamina kehidupan, dinamika, dan yang jauh lebih penting: tentang perlawanan terhadap ketidak-mungkinan; dia ingin menembus masa dengan peluru cita-citanya; dia tak ingin berhenti di sini; ia ingin terus mengabdi, maka ia berkata, “Aku mau hidup seribu tahun lagi’.
Bagi yang mengerti tentu akan melihat hidup ini hanya bagaikan permainan. Hidup juga adalah sebuah sebuah sistem yang dahsyat yang menaungi anak adam dari dulu hingga kini dan entah sampai kapan. Namun sedahsyat apa pun sistem ini ia tetap hanyalah permainan kecil diantara permainan-permainan yang lebih tak terkatakan dalam semesta. Sebuah pemainan dimana setiap pesertanya sedang diajak untuk menanti kematian dengan performance terbaik yang mereka miliki.
Dalam permainan yang namanya berhasil dan gagal, menang dan kalah tentu ada. Bahkan banyak yang berkata bahwa “hidup hanya menunda kekalahan”.Kita boleh gagal, kita boleh salah, pun boleh tertimpa musibah. Namun kita tidak boleh kalah. Setiap kegagalan tadi hendaknya kita jadikan cemeti untuk membangkitkan semangat baru. Kita tidak boleh menyerah kepada kelemahan kita; kita tidak boleh menyerah kepada tantangn hidup, kita juga tak boleh menyerah kepada keterbatasan kita. Kita harus tetap melawan, menembus gelap, supaya kita bisa menjemput fajar. Sebab keberhasilan adalah piala yang direbut, bukan kado yang dihadiahkan begitu saja. Sedangkan menyerah dalam keputusasaan bukanlah bagian dari proses memperebutkan keberhasilan itu. Bahkan ia adalah racun yang menggerogoti cita-cita. Sehingga jadilah tubuh manusia tak lebih seperti bangkai yang mulai membusuk.
Maka tak ada alasan bagi kita untuk berputus-asa. Walau kita melihat potensi yg ada saat ini hanya bagaikan pedang tajam nan tangguh di tangan seorang pengecut yang tewas dengan pedangnya sendiri. Walau kita saat ini dijajah dengan potensi kita sendiri. Saat ini kita tengah gagal. Belum berhasil merubah bongkahan es potensi itu, agar ia menjelma jadi gelombang dahsyat yang mengarusi peradaban lain. Namun ingat, kita belum kalah dan tak boleh kalah. Tak pernah pula kita kenal yang namanya putus-asa karena pernah gagal. Bagi kita kegagalan hanyalah semacam pemantik untuk meledakkan seluruh potensi baru yang terpendam dalam diri kita.

“Menertawai” Masa Lalu

Sebaik apa pun seorang manusia itu dipandang oleh manusia lainnya ia tak ‘kan pernah menjadi malaikat, apalagi sosok yang patut disembah. Karena dalam dirinya, bukan cuma ada nalar dan nurani, di sana juga ada naluri. Dalam dirinya, bukan Cuma ada akal dan iman, namun juga ada syahwat. Sungguh, bukan cuma kekuatan dan kebijakasanaan yang ada di sana, namun juga kelemahan dan ketergelinciran serta berbagai keterbatasan. Ia tak ‘kan jadi sempurna dalam pengertiannya yang tanpa celah. Ia hanya jadi sempurna secara relatif sebagai manusia. Itulah batas akhirnya. Dan hidup, bagi mereka yang bijak, adalah perjalanan menuju ke sana. Tak ‘kan ada titik. Yang ada hanya koma, sampai kematian menutup perjalanan itu.
Ketika sedang duduk sendiri menghirup segarnya udara pagi, atau ketika berjalan kala senja menyaksikan bunga-bunga yang tengah mekar di pinggir rumah, atau ketika kita tenggelam dalam samudera perenungan dan instrospeksi menjelang tidur, kita sering tersenyum sendiri menatap masa lalu. Tak jarang, tawa kecil kita meledak dalam sunyi-gelapnya malam. Kala itu kita geli sendiri, malu pada waktu, pada manusia, pada Allah, karena dahulu kita pernah keliru, kita pernah salah bersikap, berkata-kata, kita…. pernah “tak merasa kita salah”. Tawa yang kadang beriring rintih tangis pengakuan. Dan setelah itu seakan ada yang berbisik genit ke telinga kesadaran kita: “Bodoh sekali kau dulu itu!”, katanya.
Lantas, apakah itu semua mampu buat kita tambah baik jadinya?! Tidak… Kar’na kesalahan tetaplah kesalahan sebelum ia diperbaiki atau dihapuskan, kekeliruan tetaplah kekeliruan sebelum ia dikoreksi, dan dosa tetaplah dosa sebelum ia ditaubati.
Maka benar juga kata orang-orang itu. “Lebih baik jadi mantan preman daripada mantan ustadz”. Apa sebabnya?!. Karena mantan preman -yang mungkin telah menjadi ustadz kini- adalah ia yang menertawai masa lalunya yang bodoh dan lucu sehingga akhirnya ia paham apa sejatinya makna hidup dan kehidupan. Sedangkan mantan “ustadz-ustadzan” -yang mungkin telah menjadi pendosa kini- adalah ia yang menjadi picik karena tak pernah mau berdialog dengan nuraninya sen..diri. Ke-ustadzan-nya dahulu hanyalah simbol yang dangkal, tanpa pernah ia coba membumikannya dalam kesadaran hidupnya. Lihatlah ia terperosok jauh sekali. Tapi kita berdoa, mudah-mudahan sebelum mati ia dapat “kembali”.
Beberapa waktu lalu Anda mungkin saja bertemu kembali dengan sahabat lama anda. Anggap saja namanya Budi. Dahulunya Anda anggap Budi adalah sampah bagi manusia. Kebiasaannya tak lain hanyalah bernafas -seringkali dengan “bantuan” asap rokok-, makan, tidur, menghabiskan harta orang tua, selalu mengucap “malas” untuk suatu yang bermanfaat dan tak berminat kecuali dalam urusan syahwat. Anda pernah menduga bahwa ia akan terus menghabiskan waktunya menuju ajal dengan selalu menyusahkan manusia di sekelilingnya.
Namun ternyata Anda terkaget-kaget tak menentu ketika pertemuan kembali itu. Apa yang terjadi?! Budi berubah kini. Hidupnya lebih cerah dari Anda. Bukan hanya masalah materi, tapi secara spiritual ia begitu hebat kini. Disaat Anda merasakan sempitnya hati karena jiwa yang kian kering gulita, ia datang memberikan Anda nasihat yang sejuk bagaikan embun di pagi hari. Disaat Anda galau dan bimbang bertanya-tanya maksud sebenarnya hidup dan kehidupan ini, ia datang dengan berbagai penjelasan yang membuat hati anda tenteram benderang. Awalnya Anda mungkin menolak, karena Anda merasa masa lalu Anda lebih baik darinya. Namun Anda lupa, bahwa Anda jarang sekali berintrospeksi, bahwa Anda tak pernah belajar dari kesalahan. Anda tersungkur. Dan harapan saya di masa depan Anda akan menertawai sikap Anda ini.
Sedangkan si Budi itu adalah pembelajar sejati, yang tak pernah ingin melewatkan sekecil apa pun kesalahan dalam hidupnya di masa lalu untuk dinobatkan menjadi guru dalam perjalanannya menuju masa depan. Tentu ada titik balik dalam hidupnya yang membuat menyadari kesalahannya dan menjadikannya begitu berbeda kini. Mungkin ia tersentak sadar ketika ayahnya meninggal dunia, atau ibunya, atau selepas kecelakaan, atau juga sehabis bencana yang menimpa dirinya, atau karena tak sengaja duduk mendengar kajian ketika maksud hati berlari pagi melintasi masjid kampus UGM hari minggu pagi, atau juga ketika ia membaca tulisan yang menggugah hati. Hmmm, memang setiap orang punya cara yang berbeda-beda ketika menyongsong hidayah. Semoga Anda mengalaminya sebaik dan sesegera mungkin.
Intinya dari tulisan ini adalah : Ambillah pelajaran dari setiap kesalahan yang Anda lakukan, dan berjanjilah bahwa Anda tak akan mengulangi kesalahan tersebut. Toh setiap manusia pernah salah, pernah terjatuh dalam dosa dan maksiat. Namun yang terpenting adalah sejauh mana seorang itu memiliki semangat untuk berintrospeksi dan bertaubat secara konstan. Sebab, taubat hakikatnya adalah proses perbaikan diri secara berkelanjutan. Dengan taubat itulah seorang dapat mengubah setiap kesalahan menjadi pelajaran mahal bagi kelanjutan langkah-lagkahnya menuju kehidupan yang berjaya dunia dan akhirat.

Jangan Pernah Berhenti Untuk Saling Menasehati

Sore itu matanya terlihat sembab. Bekas aliran air mata di pipinya tak mampu ia sembunyikan dari hadapan saya. Ia menunduk sebentar, mengusap kedua matanya kemudian tersenyum, berpura-pura ceria seakan tak terjadi apa-apa. Tapi ia tak bisa menipu saya. Saya tahu ia habis menangis. Tangis apa itu awalnya saya tak tahu. Maka saya tanya ia “menangis kenapa?”. Ia menjawab”tangis haru mengingat cinta kasih ibunda padaku. Setelah melihat seorang ibu yang memeluk anaknya di taman itu aku rindu ibu, rindu kasih sayangnya, rindu nasehat-nasehatnya”. Dan Azan maghrib pun mengalun sendu bersama ketakjubanku terhadap lembut hatinya.
Di lain waktu seorang diantara kita pernah tersentuh hatinya melihat pengemis kecil-hitam- kumal di jalanan yang sebenarnya setiap hari ia lalui. Dalam batin ia berandai; Oh, seandainya dunia ini tak menyisakan kepedihan, kenestapaan, seandainya semua orang hidup bahagia. Namun kenyataan berkata lain dan itu ia tak bisa pungkiri. Ia pun paham bahwa sebenarnya ini kesempatannya untuk berbagi. Maka ia keluarkan lembaran-lembaran dari poketnya. Kali ini bukan hanya recehan seperti biasanya. Toh ia masih punya banyak lembar lainnya yang lebih mahal warna dan nominalnya. Sungguh menakjubkan karena ia baru tahu bahwa berbagi ternyata lebih nikmat dari pada membeli hanya sekedar demi kepuasan sendiri.
Kita pun pernah lihat bagaimana seorang pemuda yang tenggelam hari-harinya dalam dosa dan kehampaan. Namun suatu ketika sebuah nasehat menusuk hatinya, mengisi relung-relung jiwanya. Ia tersungkur, ia bertaubat. Dan kini ia adalah penyebar kebaikan dan kasih sayang kepada manusia.
Sebaliknya. Kita pernah pula lihat seorang yang keras hatinya. Beribu-ribu nasehat telah melintasi telinganya. Beratus-ratus musibah peringatan telah mewarnai hari-harinya. Berjuta-juta detik dalam hidupnya telah terpuaskan oleh kegalauan karena dosa, kedurhakaan dan ketidakpedulian kepada Pencipta juga kepada sesama. Namun ia tak juga sadar. Ia tutup matanya, ia sumbat telinganya ia bungkam suara hatinya, ia bunuh nuraninya snediri. Hatinya keras bagai batu.
Namun ingat! Batu pun perlahan dapat terkikis hanya oleh tetesan air yang lembut. Maka saya katakan:
“jangan pernah berhenti untuk saling menasehati!”

Rumput Tetangga Jauh Lebih Hijau

Rumput tetangga jauh lebih hijau
Mungkin pepatah ini pernah menghinggapi benak seluruh manusia sejagat raya. Tak peduli di tingkatan sosial mana ia berada. Selalu saja kita mendengar adanya keluhan di sisi kekaguman.
Mungkin sering kita mendengar keluhan seorang sahabat- sebut saja si Fulan- yang katakan dirinya memiliki begitu banyak kekurangan. Ia ingin bisa sempurna, ia ingin tak kurang suatu apa. Padahal Anda juga pernah mendengar sahabat Anda lainnya yang tampan itu – si ‘Alan- ingin bisa hidup nyaman seperti si Fulan. “Duh alangkah bersyukurnya aku jika bisa hidup enak seperti si Fulan itu. Mau apa juga tinggal beli”. Katanya.
Dalam hati kita mungkin bilang : “Duh… Kalian ini kenapa?! Tidak pernah mau mensyukuri kenikmatan hidup yang Allah berikan kepada kalian.
Sesungguhnya ketika itulah sebuah kesempurnaan hidup, kenyamanan, ketampanan, kekayaan dan sebagainya menemui maknanya yang relatif. Kita mungkin pernah mempunyai gambaran tentang bagaimana hidup yang sempurna. Namun ketika gambaran tersebut telah tercapai kita ingin sesuatu yang lebih sempurna lagi. Begitulah manusia, jika diberi segunung emas ia akan meminta segunung lagi. Terus seperti itu sampai tanah kuburan memenuhi mulutnya.
Kita sering sekali mengeluh karena seperti- sepertinya hidup kita ini dipenuhi dengan masalah. Seakan kita orang yang paling sengsara di dunia. Ketika ditimpa suatu musibah kita merasa seakan kitalah yang paling naas nasibnya, celaka dua belas.
Kita juga sering mengeluh karena kekurangan harta. Seakan berjuta rupiah yang Allah berikan setiap bulannya tiada berarti apa. Kalau sudah begini, masalahnya bukan terletak pada musibah atau banyaknya harta itu sendiri. Tapi pada bagaimana cara kita menyikapi, bagaimana kita mensyukuri.
Padahal di sisi kehidupan yang lain kita melihat jutaan orang yang tengah sengsara; siang –malam teraniaya, disiksa, dibunuh sanak saudaranya, dirampas hak-haknya, hingga diinjak harga dirinya sebagai manusia. Di sisi lain dunia juga ada berjuta gelandangan, pengemis jalanan, mereka yang tidur di kolong jembatan, para kaum miskin-papa. Tiada punya suatu apa menurut ukuran kita.
Namun, di antara mereka ada yang masih bisa tersenyum tulus dan ucapkan “Alhamdulillah”. Mereka masih punya s-y-u-k-u-r dalam hatinya.
Lalu, mengapa kita tidak?!
Lihatlah mereka yang “di bawah” niscaya kita akan bersyukur…. Dan setelah syukur itu kita dapat, bahagiakanlah mereka itu, yang telah membantu kita memperoleh perasaan yang telah menjadikan jiwa kita kaya raya.